Diberdayakan oleh Blogger.

ULAMA YANG BUTA MATANYA

Minggu, 06 April 2014



1. Imam Tirmidzi
Bagi Umat Islam siapa yang tidak kenal dengan Ulama besar Imam At Tirmidzi penulis kitab Sunan At Tirmidzi. Tentang sejak kapan terjadinya musibah kebutaan kedua mata Imam al-Tirmidzi, banyak terjadi silang pendapat. Ada sebagian yang menyatakan beliau buta sejak lahir, sementara ulama yang lain menyatakan ketika usianya mulai senja. Tapi mayoritas ulama sepakat, beliau tidak buta sejak lahir, melainkan musibah itu datang belakangan. Yusuf bin Ahmad al-Baghdadi menuturkan, “Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya.”

Nama Imam al-Tirmidzi amat panjang, yakni Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahhak al-Sulami al-Dharir al-Bughi al-Tirmidzi. Beliau dilahirkan pada tahun 209 H di desa Tirmidz, sebuah kota kuno yang terletak di pinggiran sungai Jihon (Amoderia), sebelah utara Iran.

Imam al-Tirmidzi merupakan figur yang cerdas, tangkas, cepat hafal, zuhud, juga wara'. Sebagai bukti kerendahan pribadi, beliau senantiasa mencucurkan air mata, sehingga kedua bola matanya memutih yang berdampak kebutaan pada masa tuanya. Dengan adanya musibah kebutaan inilah beliau juga disebut al-Dharir (yang buta).

2. Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz
Beliau seorang ahli hadits yang fakih, ulama terkemuka, ahli fatwa dan pemimpin para ulama. Nama lengkap beliau adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah al-Baaz, nama kunyah/julukannya adalah Abu Abdillah. Beliau dilahirkan di kota Riyadh ibukota kerajaan Saudi Arabia pada 12 Dzulhijjah tahun 1330 H, dari kecil hingga lanjut usia beliau hidup di kota itu, dan tidak pernah keluar dari nya kecuali untuk menunaikan haji atau umrah.

Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baaz adalah salah seorang ulama yang masyhur dan seorang alim di Jazirah al-Arabiyyah yang fatwa-fatwa dan karya-karyanya diterima dengan baik oleh masyarakat. Ratusan penuntut ilmu belajar kepada beliau.

http://abu-maryamhaazimah.blogspot.com/2013/03/mengenal-syaikh-abdul-aziz-bin-baz.html

3. Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Humaid
Beliau lahir di Riyadh pada bulan Ramadhan 1329 H (1908 M). Sejak kecil Syaikh Abdullah rahimahullah telah kehilangan penglihatannya. Meski begitu hal ini tidak menghalangi beliau untuk memiliki akhlak yang baik.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh kemudian menunjuk Syaikh Abdullah untuk menjadi pengajar di pendidikan dasar dan sebagai asistennya. Maka dimanapun Syaikh berada Syaikh Abdullah senantiasa menyertai.

Tahun 1357 H (1922 M) Raja Abdul Aziz mengangkat Syaikh Abdullah menjadi Qadhi untuk wilayah Sudayr. Tahun 1363 H (1928 M) beliau ditunjuk menjadi Qadhi untuk wilayah Buraydah dan sekitarnya. Tahun 1377 H (1942 M) beliau minta ijin berhenti menjadi Qadhi karena ingin berkonsentrasi dalam ibadah dan mengajar.

Sumber: Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, Penerbit. Qaulan Karima (hal. 21-22)/alsofwah.or.id

4. yaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak
Usia Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak hafidzahullahsaat ini 82 tahun. Beliau sudah menjadi  yatim sejak balita, yakni saat umur setahun. Diusia 10 tahun beliau terkena penyakit dimatanya sehingga tidak bisa melihat sampai saat ini.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak, mantan anggota Lajnah Da’imah, dosen Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud.
Seorang ulama Saudi yang bernama Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak (beliau adalah Ulama pada zaman ini), dikenal sebagai ulama yang sangat berbakti kepada ibunya. Muridnya bercerita: Syaikh tidaklah bersafar sampai berhaji kecuali setelah diizinkan oleh ibunya. Jika ibunya menginap di rumahnya, Syaikh tidak tidur dengan istrinya, tetapi beliau tidur di kamar ibunya (untuk menjaga ibunya). Jika ibunya hendak ke kamar mandi maka ia berdiri menuntun dan menungguinya. Tatkala ibunya sakit, ia selalu berada di sisi ibunya serta melayani makan-minumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Most Reading